Thursday, December 1, 2011

1 Desember 2011.

akhir. penghujung tahun. dan lengkap dengan segala hal yang harus diselesaikan. dan akan benar-benar meninggalkan rutinitas dan sudah satu setengah tahun saya jalani, dan pada akhirnya saja ingin fokus pada satu hal yang saya lalai setahun ini.

semua serba penuh, tidak punya celah. namun ketika hari ini saya hanya memilih untuk diam terduduk di depan laptop kesayangan yang sudah 4 tahun menemani, dan dengan sejuta pikiran tak hanya mengambang dan minta segera terselesaikan, saya cuma bisa diam.

sekali lagi hal yang tak terselesaikan.
mungkin saatnya saya bertanya pada yang menciptakan takdir. apakah saya sedang melangkahi jalan? memaksa membelok atau berputar arah?
apa saya telah salah (lagi)?

tak sengaja halaman sebuah artikel majalah lama terbaca dan membuka satu pikiran rumit di kepala saya.
sedikit terjawab tapi saya takut.
apakah saya memang harus sendiri dulu? mandiri dan belajar hidup lebih banyak lagi sebelum membawa orang lain?

jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

saya bukannya bimbang. bukan tidak ingin bertahan. tapi apa mau terus ada deretan kata pahit dan sakit lainnya untuk dikemudian hari? bukan lantas kata janji yang akan merubah semuanya.

mungkin sudah waktunya kita serahkan ini. ya, pada Ia yang menciptakan takdir.









1 comment:

  1. jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

    dudeeee, ini keren abis kata2nyaaa.

    ReplyDelete

Thursday, December 1, 2011

1 Desember 2011.

akhir. penghujung tahun. dan lengkap dengan segala hal yang harus diselesaikan. dan akan benar-benar meninggalkan rutinitas dan sudah satu setengah tahun saya jalani, dan pada akhirnya saja ingin fokus pada satu hal yang saya lalai setahun ini.

semua serba penuh, tidak punya celah. namun ketika hari ini saya hanya memilih untuk diam terduduk di depan laptop kesayangan yang sudah 4 tahun menemani, dan dengan sejuta pikiran tak hanya mengambang dan minta segera terselesaikan, saya cuma bisa diam.

sekali lagi hal yang tak terselesaikan.
mungkin saatnya saya bertanya pada yang menciptakan takdir. apakah saya sedang melangkahi jalan? memaksa membelok atau berputar arah?
apa saya telah salah (lagi)?

tak sengaja halaman sebuah artikel majalah lama terbaca dan membuka satu pikiran rumit di kepala saya.
sedikit terjawab tapi saya takut.
apakah saya memang harus sendiri dulu? mandiri dan belajar hidup lebih banyak lagi sebelum membawa orang lain?

jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

saya bukannya bimbang. bukan tidak ingin bertahan. tapi apa mau terus ada deretan kata pahit dan sakit lainnya untuk dikemudian hari? bukan lantas kata janji yang akan merubah semuanya.

mungkin sudah waktunya kita serahkan ini. ya, pada Ia yang menciptakan takdir.









1 comment:

  1. jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

    dudeeee, ini keren abis kata2nyaaa.

    ReplyDelete

Thursday, December 1, 2011

1 Desember 2011.

akhir. penghujung tahun. dan lengkap dengan segala hal yang harus diselesaikan. dan akan benar-benar meninggalkan rutinitas dan sudah satu setengah tahun saya jalani, dan pada akhirnya saja ingin fokus pada satu hal yang saya lalai setahun ini.

semua serba penuh, tidak punya celah. namun ketika hari ini saya hanya memilih untuk diam terduduk di depan laptop kesayangan yang sudah 4 tahun menemani, dan dengan sejuta pikiran tak hanya mengambang dan minta segera terselesaikan, saya cuma bisa diam.

sekali lagi hal yang tak terselesaikan.
mungkin saatnya saya bertanya pada yang menciptakan takdir. apakah saya sedang melangkahi jalan? memaksa membelok atau berputar arah?
apa saya telah salah (lagi)?

tak sengaja halaman sebuah artikel majalah lama terbaca dan membuka satu pikiran rumit di kepala saya.
sedikit terjawab tapi saya takut.
apakah saya memang harus sendiri dulu? mandiri dan belajar hidup lebih banyak lagi sebelum membawa orang lain?

jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

saya bukannya bimbang. bukan tidak ingin bertahan. tapi apa mau terus ada deretan kata pahit dan sakit lainnya untuk dikemudian hari? bukan lantas kata janji yang akan merubah semuanya.

mungkin sudah waktunya kita serahkan ini. ya, pada Ia yang menciptakan takdir.









1 comment:

  1. jutaan kata pahit telah terucap, jutaan rasa sakit telah dirasakan. dan jutaan senyum dan kata sabar ditebar hanya untuk menyelimuti mereka. namun sebuah selimut kadang kala akan tersibak juga bukan?

    dudeeee, ini keren abis kata2nyaaa.

    ReplyDelete